Junjung

Gelap pagi mengulit diri
Riuh rendah cakraya berkicauan
Berkawanan, bebas beterbangan
Yang tiap satunya kekal mengerti
Peranan, fungsi juga obligasi
Di setiap sisi kau dan aku punya posisi
Bukan mengharap pada apresiasi
Cukup sedar besar nilai kasih dan cinta
Kurniaan dari-Nya, meliputi semua
Yang punya rencana, yang empunya segala
Dari seseni listeria, hingga yang seluas bumantara

Berpijaklah nyata ke tanah yang serupa
Kau dan aku merah darah jadi tanda

Jangan tegak ampuh kau berdiri
Kau sandar cuma pada aqli
Tagar mengaum di jumantara
Ajal takdir kau serah segala
Langsung bungkam sejuk tak bernyawa
Risau inderalokamu cuma tinggal cita-cita

Perihal ilmu
Andai senandikamu tak lagi
Berfrekuensi, tumpul hujung mata
Langsung tak lagi berfungsi
Keliru yang keruh atau yang jernih
Tak jelas beza hitam dan putih
Usah kau ambil mudah, kelak padah menjengah
Perih payah terus kau ludah
Hingga semua yang kau pancar dari lidah
Tenggelam segala yang cerah
Lemah, parah
Kelak berakar ke seluruh zarah

Berpijaklah nyata ke tanah yang serupa
Kau dan aku merah darah jadi tanda

Jangan tegak ampuh kau berdiri
Kau sandar cuma pada aqli
Tagar mengaum di jumantara
Ajal takdir kau serah segala
Langsung bungkam sejuk tak bernyawa
Risau inderalokamu cuma tinggal cita-cita
(Inderaloka kita cuma tinggal cita-cita)

Punya niat daki ke tinggi puncak
Bekal cuma teman hilai tawa gelak
Cuma lagak bising bak sang hitam gagak
Habis semua aksara kau godak
Hangit, terbakar, terbongkang, terbalik
Balik-balik semua orang yang sama terpalit
Menelan yang pahit, meluruskan yang teleng, terpusing
Engkau tetap tak endah, jalan arah berpaling
Jatuh tersungkur dek tersandung
Berat bahu kiri sampai tak terusung
Bekal mana yang tersisa nak dijunjung?
Baju mana lagi tinggal nak disarung?
(Baju apa lagi tinggal nak kau sarung?)

Berpijaklah nyata ke tanah yang serupa
Kau dan aku merah darah jadi tanda

Jangan tegak ampuh kau berdiri
Kau sandar cuma pada aqli
Tagar mengaum di jumantara
Ajal takdir kau serah segala
Langsung bungkam sejuk tak bernyawa
Risau inderalokamu cuma tinggal cita-cita
(Inderaloka kita cuma tinggal cita-cita)

Redup mata iring mentari petang
Pada detik yang hanya sejenak bertandang
Perlahan-lahan ia datang, bagai bayu
Langsung hilang pergi berlalu
Pipi yang dipuput belum lagi sempat diulit mesra
Nyaman... Aman (ahh)
Perginya mentari terbenam di ufuk yang pasti
Pergi ia sepasti ia muncul kembali
Esok pagi dan berulang terus-menerus lagi
Selagi yang empunya rencana segala isi
Rencana yang kau, aku harus imani, amati
Bukan semata menanti, ingati, sampai mati
(Bekal mana yang tersisa nak dijunjung?)

Jangan tegak ampuh kau berdiri
Kau sandar cuma pada aqli
Tagar mengaum di jumantara
Ajal takdir kau serah segala
Langsung bungkam sejuk tak bernyawa
Risau inderalokamu cuma tinggal cita-cita
(Inderaloka kita cuma tinggal cita-cita)

Berat bahu kiri sampai tak terusung
Bekal mana yang tersisa nak dijunjung?

Berpijaklah nyata ke tanah yang serupa
Kau dan aku merah darah jadi tanda

Risau inderalokamu cuma tinggal cita-cita
(Inderaloka kita cuma tinggal cita-cita)



Credits
Lyrics powered by www.musixmatch.com

Link