Layu
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Kamilah benih pohon yang tumbuh dari api
Mewujud dalam kata yang menolak di hakimi
Hasrat meronta berontak dalam pembangkangan
Merdeka hanya semu, utopia dalam angan
Esa hilang, dua terbilang – mati satu tumbuh seribu
Menolak lupa terlalu banyak tragedi masa lalu
Apa arti merdeka hanya sebatas umbul-umbul?
Kami bersuara kau buat lidah kami jadi tumpul
Keadilan sosial bagi para pemilik modal
Kelas akar rumput kau injak dan jadikan wadal
Kolonial mewujud dalam nafas korporat
Kau paksa kami jadi budak yang harus tunduk dan taat
Kami muak telan retorika pengantar tidur
Kau citrakan merdeka tapi banyak tempat tergusur
Hak asasi telah cacat tak mampu jalan, dan pincang
Kala kau tak acuh dari daftar korban yang hilang
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Isi peluru senjata pemberontakan dimulai
Buang seluruh keyakinan akan penguasa
Jangan mau ditindas lagi dengan visi-misi
Bualan omong kosong mereka teriakan di telinga kita
Hantamkan pukulan dengan semangat dalam jiwa
Penindasan manusia matikan sistematika
Grafik militer kini rubah susunan kabinet
Di rezim terbaru bangsat dicekoki pelet santet
Terdengar gemuruh lintas petir dilangitmu
Ketika jaksa beradu argumen pun mulai layu
Mulai menghakimi siapa saja juga kau dan aku
Demokrasi macam tai nasionalis jaman batu
Propaganda konspirasi menyala dalam negeri
Kita telah dihabisi diredam senjata api
Mengapa masih disni kita harus berdiri
Ditengah bangsa yang memuja pejabat bermateri
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Peringatan!
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada
Dan belajar mendengar!
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Kamilah benih pohon yang tumbuh dari api
Mewujud dalam kata yang menolak di hakimi
Hasrat meronta berontak dalam pembangkangan
Merdeka hanya semu, utopia dalam angan
Esa hilang, dua terbilang – mati satu tumbuh seribu
Menolak lupa terlalu banyak tragedi masa lalu
Apa arti merdeka hanya sebatas umbul-umbul?
Kami bersuara kau buat lidah kami jadi tumpul
Keadilan sosial bagi para pemilik modal
Kelas akar rumput kau injak dan jadikan wadal
Kolonial mewujud dalam nafas korporat
Kau paksa kami jadi budak yang harus tunduk dan taat
Kami muak telan retorika pengantar tidur
Kau citrakan merdeka tapi banyak tempat tergusur
Hak asasi telah cacat tak mampu jalan, dan pincang
Kala kau tak acuh dari daftar korban yang hilang
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Isi peluru senjata pemberontakan dimulai
Buang seluruh keyakinan akan penguasa
Jangan mau ditindas lagi dengan visi-misi
Bualan omong kosong mereka teriakan di telinga kita
Hantamkan pukulan dengan semangat dalam jiwa
Penindasan manusia matikan sistematika
Grafik militer kini rubah susunan kabinet
Di rezim terbaru bangsat dicekoki pelet santet
Terdengar gemuruh lintas petir dilangitmu
Ketika jaksa beradu argumen pun mulai layu
Mulai menghakimi siapa saja juga kau dan aku
Demokrasi macam tai nasionalis jaman batu
Propaganda konspirasi menyala dalam negeri
Kita telah dihabisi diredam senjata api
Mengapa masih disni kita harus berdiri
Ditengah bangsa yang memuja pejabat bermateri
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Peringatan!
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada
Dan belajar mendengar!
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Darah tertumpah nanah mengalir
Memperkosa bhinneka ditiduri bergilir
Memuja kebinasaan, keadilan berakhir
Di pecut penindasan, pejabat duduk diatas fakir
Credits
Writer(s): Reyza Bima
Lyrics powered by www.musixmatch.com
Link
© 2024 All rights reserved. Rockol.com S.r.l. Website image policy
Rockol
- Rockol only uses images and photos made available for promotional purposes (“for press use”) by record companies, artist managements and p.r. agencies.
- Said images are used to exert a right to report and a finality of the criticism, in a degraded mode compliant to copyright laws, and exclusively inclosed in our own informative content.
- Only non-exclusive images addressed to newspaper use and, in general, copyright-free are accepted.
- Live photos are published when licensed by photographers whose copyright is quoted.
- Rockol is available to pay the right holder a fair fee should a published image’s author be unknown at the time of publishing.
Feedback
Please immediately report the presence of images possibly not compliant with the above cases so as to quickly verify an improper use: where confirmed, we would immediately proceed to their removal.