Dua Ratus Dua Belas, Hadiah
Aku khawatir sebentar lagi
Anakku lahir, suhu dalam negeri
Tak kunjung stabil, kulihat tiada tanda-tanda
Penistaan akan berakhir, akal sehat
Diperkosa, hei penjahat
Apa rasanya
Kubaca koran, mana yang berimbang
Kini ku beralih ke televisi
Jeremy Teti dan CCTV
Di mana khilaf semua terekam
Media sosial jadi ladang perang
Kulihat ranjau di banyak postingan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Bunga dibakar di jalan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Si penembak jitu di balik iklan
Kupergi ke kiri, kupergi ke kanan
Kuingin mencari sekadar peace of mind
Barang sebentar, mungkin dua jam
Dua hisapan, kuingin mengintip
Masa depan, massa jalan
Kurasa mencekam, kuucap takbir
Aku khawatir sebentar lagi anakku lahir
Aku terdampar di Halte Busway
Mampang Prapatan, 11 malam
Kulihat uang di genggaman
Hasil panggungan dari bar brengsek di wilayah Kemang
Jakarta Selatan bagian
Bajingan
30 persen dipotong teman
20 persen untuk minuman
Yang tersisa kubawa pulang
Tapi kurasa ini masih kurang
Aku deg-degan jadi seniman
Aku khawatir sebentar lagi anakku lahir
Rasa memuncak, waktu bergerak
Orang-orang waras semua tiarap
Kulihat langit semakin gelap
Kulihat parasit padat merayap
Kuingat-ingat janji pernikahan
Sehidup semati dalam suka
Dalam duka, dalam tawa
Dalam tangis, dalam manis
Dalam pahit, dalam sakit
Dalam sehat, dalam-dalam
Kurasa kini bibirku pahit
Tembakau keparat, harganya naik
Ah shit, fucking shit
Ganja sintetik efeknya rumit
Kupertanyakan batang yang terakhir
Aku khawatir sebentar lagi bungaku lahir
Lampu kota berpendar pelan
Kurasa sinarnya mulai mengancam
Gelombang pertanyaan mulai datang
"Mau ke mana? dari mana?"
"Daftar di mana? umur berapa?"
"Ini Jakarta, hei kau mau apa?"
Aku ingin mandi bir
Kepalaku pusing
Aku ingin mandi bir
Kepalaku pusing
Aku khawatir sebentar lagi anakku lahir
7-Eleven terlalu terang
Jelas Circle K bukan pilihan
Ada sesuatu yang ingin kulanggar
Entah peraturan, entah ketetapan
Ah, persetan dengan keadaan
Kucuri kesempatan dalam kesempitan
Semoga halal, kuyakin halal
Aku tak perlu fatwa mereka
Mana yang suci, mana yang dosa?
Hei, ini jauh lebih nyata
Aku khawatir sebentar lagi anakku lahir
Ekonomi keluarga
Sayur asam dan pepaya
Premi asuransi dan kuota
Semua berjejer di kepala
Ku tak percaya pada negara
Satu tambah satu sama dengan tiga
Ku tak berharap pada mereka
Si Fadli Zon dan Fahri Hamzah
Buanglah sampah pada tempatnya
Sedangkan malam semakin dingin
Keringat dingin deras mengalir
Aku merinding, kutub utara
Semakin mencair, aku merinding
Aku khawatir sebentar lagi anakku lahir
Masalah agama, masalah si kafir
Lagi-lagi dia, dia-dia lagi
Tuhan dipaksa turun ke jalan
Seisi surga berpegangan tangan
Aku khawatir sebentar lagi surgaku lahir
Anakku lahir, suhu dalam negeri
Tak kunjung stabil, kulihat tiada tanda-tanda
Penistaan akan berakhir, akal sehat
Diperkosa, hei penjahat
Apa rasanya
Kubaca koran, mana yang berimbang
Kini ku beralih ke televisi
Jeremy Teti dan CCTV
Di mana khilaf semua terekam
Media sosial jadi ladang perang
Kulihat ranjau di banyak postingan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Bunga dibakar di jalan
Omongan di jalan, semua mengerikan
Si penembak jitu di balik iklan
Kupergi ke kiri, kupergi ke kanan
Kuingin mencari sekadar peace of mind
Barang sebentar, mungkin dua jam
Dua hisapan, kuingin mengintip
Masa depan, massa jalan
Kurasa mencekam, kuucap takbir
Aku khawatir sebentar lagi anakku lahir
Aku terdampar di Halte Busway
Mampang Prapatan, 11 malam
Kulihat uang di genggaman
Hasil panggungan dari bar brengsek di wilayah Kemang
Jakarta Selatan bagian
Bajingan
30 persen dipotong teman
20 persen untuk minuman
Yang tersisa kubawa pulang
Tapi kurasa ini masih kurang
Aku deg-degan jadi seniman
Aku khawatir sebentar lagi anakku lahir
Rasa memuncak, waktu bergerak
Orang-orang waras semua tiarap
Kulihat langit semakin gelap
Kulihat parasit padat merayap
Kuingat-ingat janji pernikahan
Sehidup semati dalam suka
Dalam duka, dalam tawa
Dalam tangis, dalam manis
Dalam pahit, dalam sakit
Dalam sehat, dalam-dalam
Kurasa kini bibirku pahit
Tembakau keparat, harganya naik
Ah shit, fucking shit
Ganja sintetik efeknya rumit
Kupertanyakan batang yang terakhir
Aku khawatir sebentar lagi bungaku lahir
Lampu kota berpendar pelan
Kurasa sinarnya mulai mengancam
Gelombang pertanyaan mulai datang
"Mau ke mana? dari mana?"
"Daftar di mana? umur berapa?"
"Ini Jakarta, hei kau mau apa?"
Aku ingin mandi bir
Kepalaku pusing
Aku ingin mandi bir
Kepalaku pusing
Aku khawatir sebentar lagi anakku lahir
7-Eleven terlalu terang
Jelas Circle K bukan pilihan
Ada sesuatu yang ingin kulanggar
Entah peraturan, entah ketetapan
Ah, persetan dengan keadaan
Kucuri kesempatan dalam kesempitan
Semoga halal, kuyakin halal
Aku tak perlu fatwa mereka
Mana yang suci, mana yang dosa?
Hei, ini jauh lebih nyata
Aku khawatir sebentar lagi anakku lahir
Ekonomi keluarga
Sayur asam dan pepaya
Premi asuransi dan kuota
Semua berjejer di kepala
Ku tak percaya pada negara
Satu tambah satu sama dengan tiga
Ku tak berharap pada mereka
Si Fadli Zon dan Fahri Hamzah
Buanglah sampah pada tempatnya
Sedangkan malam semakin dingin
Keringat dingin deras mengalir
Aku merinding, kutub utara
Semakin mencair, aku merinding
Aku khawatir sebentar lagi anakku lahir
Masalah agama, masalah si kafir
Lagi-lagi dia, dia-dia lagi
Tuhan dipaksa turun ke jalan
Seisi surga berpegangan tangan
Aku khawatir sebentar lagi surgaku lahir
Credits
Writer(s): Patrick Jason Ranti
Lyrics powered by www.musixmatch.com
Link
© 2024 All rights reserved. Rockol.com S.r.l. Website image policy
Rockol
- Rockol only uses images and photos made available for promotional purposes (“for press use”) by record companies, artist managements and p.r. agencies.
- Said images are used to exert a right to report and a finality of the criticism, in a degraded mode compliant to copyright laws, and exclusively inclosed in our own informative content.
- Only non-exclusive images addressed to newspaper use and, in general, copyright-free are accepted.
- Live photos are published when licensed by photographers whose copyright is quoted.
- Rockol is available to pay the right holder a fair fee should a published image’s author be unknown at the time of publishing.
Feedback
Please immediately report the presence of images possibly not compliant with the above cases so as to quickly verify an improper use: where confirmed, we would immediately proceed to their removal.