Cangkul Patah
Demi tanah, demi hujan yg membawa kehidupan
Demi air, demi musim yg memberi kesuburan
Demi rasi orion, yg mengatur waktu tanam
Terkutuklah sistem ijon, si api dalam sekam
Ketamakan kota, menjarah tanah mereka
Merubah lahan, jadi tambang dan bandara
Cangkul cangkul patah, di negeri agraria
Petani tanpa tanah, bagai ayam tanpa induknya
Apa guna nya gedung tinggi dan teknologi
Industri dan segala, omong kosong demokrasi
Kemewahan itu, takkan sampai pada petani
Hanya jadi mimpi yg tak mampu mereka beli
Kedaulatan pangan cuma jadi angan-angan
Selama masih terjadi perampasan lahan
Lebih, baik mayat, jadi pupuk bagi tanaman
Dari pada tercabut dari tanah penghidupan
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Setiap piring nasi, adalah hutang pada mereka
Sesungguhnya petani yg memberi makan bangsa
Dimana negara dalam konflik agraria?
Meraka akan hadir dengan gas air mata
Aparatur negara dan angkatan bersenjata
Mereka selalu hadir tapi bukan untuk kita
Perpanjangan tangan kerja kotor penguasa
Yg maju paling gagah, saat melawan rakyatnya
Hasil panen dibayar murah, negara berlagak tuli
Pengorbanan petani, dibalas intimidasi
Garang, pada yang lemah, lebih kejam dari penjajah
Tapi untuk investasi, selalu ada karpet merah
Kau rawat benih seperti anak sendiri
Hingga kulit hitam legam, ditimpa matahari
Cangkul, terlanjur patah, tanah telah dirampas
Tinggal tunggu harga beras lebih mahal dari emas
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Demi air, demi musim yg memberi kesuburan
Demi rasi orion, yg mengatur waktu tanam
Terkutuklah sistem ijon, si api dalam sekam
Ketamakan kota, menjarah tanah mereka
Merubah lahan, jadi tambang dan bandara
Cangkul cangkul patah, di negeri agraria
Petani tanpa tanah, bagai ayam tanpa induknya
Apa guna nya gedung tinggi dan teknologi
Industri dan segala, omong kosong demokrasi
Kemewahan itu, takkan sampai pada petani
Hanya jadi mimpi yg tak mampu mereka beli
Kedaulatan pangan cuma jadi angan-angan
Selama masih terjadi perampasan lahan
Lebih, baik mayat, jadi pupuk bagi tanaman
Dari pada tercabut dari tanah penghidupan
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Setiap piring nasi, adalah hutang pada mereka
Sesungguhnya petani yg memberi makan bangsa
Dimana negara dalam konflik agraria?
Meraka akan hadir dengan gas air mata
Aparatur negara dan angkatan bersenjata
Mereka selalu hadir tapi bukan untuk kita
Perpanjangan tangan kerja kotor penguasa
Yg maju paling gagah, saat melawan rakyatnya
Hasil panen dibayar murah, negara berlagak tuli
Pengorbanan petani, dibalas intimidasi
Garang, pada yang lemah, lebih kejam dari penjajah
Tapi untuk investasi, selalu ada karpet merah
Kau rawat benih seperti anak sendiri
Hingga kulit hitam legam, ditimpa matahari
Cangkul, terlanjur patah, tanah telah dirampas
Tinggal tunggu harga beras lebih mahal dari emas
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Nyalakan, nyalakan tanda bahaya
Konflik agraria, mengancam lumbung kita
Credits
Writer(s): Iwan Hermawan, Reza Zulhamsyah, Ricky Zakaria, Sarom Mahdi
Lyrics powered by www.musixmatch.com
Link
© 2025 All rights reserved. Rockol.com S.r.l. Website image policy
Rockol
- Rockol only uses images and photos made available for promotional purposes (“for press use”) by record companies, artist managements and p.r. agencies.
- Said images are used to exert a right to report and a finality of the criticism, in a degraded mode compliant to copyright laws, and exclusively inclosed in our own informative content.
- Only non-exclusive images addressed to newspaper use and, in general, copyright-free are accepted.
- Live photos are published when licensed by photographers whose copyright is quoted.
- Rockol is available to pay the right holder a fair fee should a published image’s author be unknown at the time of publishing.
Feedback
Please immediately report the presence of images possibly not compliant with the above cases so as to quickly verify an improper use: where confirmed, we would immediately proceed to their removal.